Pembuatan benda-benda perunggu didaerah Vietnam Utara dimulai sekitar tahun 2500 SM dan dihubungkan dengan tahap-tahap budaya Dong Dau dan Go Mun. Apabila dibandingkan dengan daerah Muangthai Tengah dan Muangthai Timur Laut, daerah vietnam memiliki bukti paling awal tentang pembuatan perunggu di Asia Tenggara. Namun perlu diketahui bahwa benda-benda perunggu yang telah ada sebelum tahun 500 SM terdiri atas kapak corong (corong merupakan pangkal yang berongga untuk memasukkan tangkai atau peganggannya) dan ujung tombak, sabit bercorong, ujung tombak bertangkai, mata panah dan benda-benda kecil lainnya seperti pisau, kail, gelang dan lain-lain.

Penemuan benda-benda dari kebudayaan Dong Son sangat penting karena benda-benda logam yang ditemukan di wilayah Indonesia pada umumnya bercorak Dong Son dan bukan mendapat pengaruh buaya logam dari India maupun Cina. Budaya perunggu Dong Son tersebar luas di wilayah Asia Tenggara dan kepulauan Indonesia, hal ini terlihat dari persamaan corak hiasan dan bahan-bahan yang dipergunakannya. Misalnya nekara, menunjukkan pengaruh yang sangat kuat dari tempat-tempat pembuatan benda-benda perunggu di daerah Dong Son, Vietnam Utara. Nekara dan tipe Heger I memiliki kesamaan dengan nekara yang paling bagus dan tertua di Vietnam. Nekara itu memiliki lajur hiasan yang disusun mendatar bergambar manusia, hewan dan pola geometris. Hiasan seperti itu ditemukan hampir pada semua nekara tipe ini dan juga termasuk pada nekara-nekara yang ditemukan di wilayah Indonesia.
Benda-benda perunggu lainnya yang berhasil ditemukan di daerah Dong Son serta beberapa kuburan seperti di daerah Vie Khe, Lang Ca, Lang Vac mencakup alat-alat rumah tangga (mangkuk dan ember kecil), miniatur nekara dan genta, kapak corong, cangkul bercorong, belati dengan bentuk antropomorfis, gelang, timang, ikat pinggang dan banyak benda-benda lainnya. Satu nekara yang sangat besar berhasil digali didaerah Co Loa. Nekara tersebut berisi 96 mata bajak perunggu bercorang. Dari penemuan itu terdapat alat-alat dari besi, walaupun jumlahnya sangat sedikit.
Dari penemuan benda-benda budaya Dong Son itu, diketahui cara pembuatannya dengan menggunakan teknik cetak lilin hilang yaitu dengan membuat bentuk benda dari lili, kemudian lilin itu dibaluti dengan tanah liat dan dibakar sehingga terdapat lubang pada tanah liat tersebut. Selanjutnya oada cetakan tanah liat itu dituangkan cairan logam dan setelah dingin tanah liat dipecahkan, maka terwujudlah benda yang di inginkan itu.
Budaya Dong Son sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan budaya perunggu di Indonesia. Bahkan tidak kurang dari 56 nekara yang berhasil ditemukan di beberapa wilayah Indonesia dan terbanyak nekara ditemukan di daerah pulau Sumatera, Jawa dan Maluku selatan. Beberapa contoh nekara yang penting ditemukan di Wilayah Indonesia, seperti nekara Makalaman dari Pulau Sangeang dekat Sumbawa. Nekara ini berisi hiasan gambar orang-orang berpakaian dinasti Han (cina) atau Kushan (India Utara) atau Satavhana (India Tengah). Nekara dari kepulauan Kei (Maluku) memiliki hiasan lajur mendatar berisi gambar kijang dan adegan perburuan macan.
Nekara dari Pulau Selayar (Sulawesi Selatan) berisi hiasan gambar gajah dan burung merak. Seluruh hiasan pada nekara-nekara itu diperkirakan tidak dikenal oleh penduduk dari pulau-pulau di wilayah Indonesia bagian timur tempat nekara itu ditemukan.
Berdasarkan penemuan itu, para ahli menyimpulkan bahwa tidak mungkin nekara-nekara itu dibuat oleh masyrakat pada daerah-daerah tempat penemuannya. Oleh karena itu, dari sudut gaya dan kandungan timahnya yang cukup tinggi maka nekara-nekara yang ditemukan di daerah Indonesia diperkirakan dibuat di daerah Cina. Namun Heine Geldern (1947) yang meneliti nekara menyatakan bahwa nekara yang ditemukan di daerah Sangeng diperkirakan dicetak di daerah Funan yang telah terpengaruh oleh budaya India pada 250 M.
Pengamatan yang menarik dari Berner Kempers menunjukkan bahwa semua nekara yang ditemukan di sebelah timur Bali mempunyai empat patung katak pada bagian bidang pukulnya. Selain itu, pola-pola hiasnya yang tidak begitu terpadu antara lain dapat dilihat dari gambar berupa prajurit dan motif perahu yang banyak ditemukan pada nekara-nekara tertua di Vietnam. Berners Kempers memberikan gambaran cara nekara tipe Herger I dicetak secara utuh. Awalnya lembaran lilin ditempelkan pada inti tanah liat (menyerupai bentuk nekara dan berfungsi sebagai cetakan bagian dalam), lalu dihias dengan cap-cap dari tanah liat atau batu yang berpola hias perahu dan iring-iringian manusia. Untuk menambahkan hiasan yang lebih naturalistik, seperti gambar rumah, lembaran lilin tadi langsung ditambah goresan gambar yang dikehendakiknya. Kemudian lembaran-lembaran lilin yang telah dihias itu ditutup dengan tanah liat yang berfungsi sebagai cetakan bagian luar, setelah terlebih dahulu diberi paku-paku penjaga jarak. Setelah itu dibakar dan lilin meleleh keluar rongga yang ditinggalkan lilin tersebut disi dengan cairan logam.
Penyebaran nekara-nekara tipe Heger I terutama pada daerah Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku Selatan dan lain-lain. Selain nekara, di wilayah Indonesia juga ditemukan benda-benda perunggu lainnya seperti patung-patung, peralatan rumah tangga, epralatan bertani maupun perhiasan-perhiasan.